Air Terjun Terinting - Pengalaman Menjelajah Hutan Liar Borneo

Air Terjun Terinting - Jalur setapak Hutan Hujan Kalimantan Barat ini menjadi Jalur pilihan kami dalam kunjungan ke wisata alam Air terjun Terinting.

Air terjun terinting terletak di pedalaman hutan Desa Sempatung Lawek, Kec Air Besar, Kab Landak, Provinsi Kalimantan Barat.

Terdapat dua pilihan checkpoint untuk menuju Air Terjun yang memiliki ketinggian lebih dari 50 Meter ini, yaitu dapat melalui dari dusun Engkangin atau Dusun Jamu.

Ketika berada di tepian tebing air terjun.

Dalam hal ini, kami memilih Jalur dari dusun engkangin, yg dikarenakan Guide / petunjuk jalan menuju air terjun tersebut berasal dari Dusun engkangin, yg bernama Mas Andut dan Mas Hendra.

Dengan akses atau medan jalan yang sama-sama menyajikan tantangan khusus, tentu tak dapat dibandingkan secara keseluruhan, mengenai jarak menuju air terjun terinting yang berada di atas bukit dengan ketinggian 500 - 600 MDPL ( Meter di atas permukaan laut ).

Namun menurut pengalaman beberapa pendaki yang pernah mengunjungi Air terjun terinting, banyak yang memilih untuk memulai perjalanan dari dusun jamu, dengan alasan lebih dekat. Akan tetapi ada juga yg mengatakan lebih dan kurangnya sama saja.

Pemandangan ketika membelakangi air terjun

Dalam kisah perjalanan kali ini, akan terlihat bagaimana perjuangan saya dan 19 anggota komunitas Travedisi yang berusaha sekuat tenaga menaklukan beberapa bukit terjal dengan berbekal niat dan semangat besar.

Lebih dari 8 Jam perjalanan "jalan kaki" kami tempuh untuk sampai di tempat pemberhentian spot pemasangan Tenda.

Terhitung perjalanan dimulai pada pukul 09:30 WIB, lalu sampai di sekitar kaki air terjun terinting pada Pukul 20:00 WIB.

Hal tersebut dikarenakan banyak kendala yg kami alami, salah satunya kondisi cuaca yg terus menerus hujan selama kami di perjalanan, sebenarnya waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 4 jam untuk mencapai puncak tujuan.

Sehingga kondisi jalur yg masih tanah kuning menjadi lebih licin dan sangat berbahaya untuk dilalui, beberapa hal yang di khawatirkan, seperti akan jatuh ke jurang, belum lagi harus benar-benar kuat menggendong perlengkapan backpack yang sangat begitu terasa berat bebannya ketika mencapai terjalnya.

Sungguh benar-benar perjuangan keras melewati jalur setapak pendakian tersebut, karena selain mendaki, para pendaki juga mau tak mau harus banyak merayap dan pandai-pandai memilih pegangan akar untuk memapah tubuh ke atas bukit.

Jatuh bangun sudah biasa, JALAN TERUS !!

Tak terhitung sudah berapa kali kami terguling, namun kami mau tak mau harus tetap semangat untuk sampai ke tempat tujuan.

Sesampainya kami di pemberhentian spot pendirian tenda, rintangan dan ujian kembali menyapa. Salah satunya letak sumber air yang masih tergolong jauh dari spot perkemahan kami, lebih tepatnya medan yang harus dilalui untuk membawa stock air ke perkemahan sangatlah berbahaya, apalagi pada saat itu cuaca malam sudah rapi menyelimuti daerah sekitar.

Ada melihat sesuatu yg lain ?

Banyaknya bebatuan licin, aliran air yang deras, cuaca dingin alam setempat, lalu harus menuruni beberapa langkah yang tak masuk akal untuk dilewati, serta antisipasi akan jatuh jurang. Menjadi hambatan besar pada saat itu, untuk tak bisa banyak membawa stock air ke perkemahan.

Lalu kami pun harus bersabar, untuk tidak terlalu banyak minum selayaknya dahaga ini membutuhkan, karena air tersebut di prioritaskan untuk menanak nasi sebagai makan malam kami.

Camping tanpa kopi. hahaha

Parahnya, kami belum mendapat asupan karbohidrat sejak tengah hari perjalanan hingga malam datang, sehingga bisa dibayangkan bagaimana peran survive serius kami lakoni pada saat itu.

Emosi silih berganti, dengan dalih mencoba mengubah kenyataan, akan tetapi inilah yg terjadi. Makanan pun telah siap, kami segera menyantap dengan lahap, lalu diakhiri dengan tanpa minum, karena krisis air dan tubuh kami yang sudah benar-benar dalam titik lelah luar biasa.

Kami pun memutuskan untuk saling berdiskusi, tentang bagaimana persiapan selanjutnya.

****

Mengapa kami bisa mengalami kondisi seperti ini, hal tersebut dikarenakan pada saat itu tepatnya pada tanggal 10 - 12 Desember 2016, terdapat dua rombongan lainnya yang memiliki tujuan sama seperti kami, akan tetapi karena mereka lebih cepat melakukan pendakian, mereka akhirnya lebih dulu sampai dan membooking lahan tenda yang sangat direkomendasikan untuk menginap di daerah sekitar air terjun terinting tersebut, sehingga ketika kami datang menyusul di tempat yang sama, lahan puncak tersebut sudah di penuhi dengan tenda-tenda mereka alias memang tak ada lagi lahan yg aman selain adanya jurang.

Break time, berbagi lepas dahaga bersama

It's okay, semua itu kesalahan kami, yang mungkin terlalu rempong, hehehe

Melihat semua itu kami pun berdiskusi terhadap guide yang membawa kami, mereka menyarankan ke bawah saja, yaitu lokasi yang berada di tanah tak rata, memiliki kemiringan yang dipastikan dapat mengganggu suasana tidur, belum lagi kami tak bisa memasang banyak tenda / flysheet, karena memang begitu terjal dibawah sana, dalam artian kami memasang tenda tepat di landasan jurang sekitar air terjun, sungguh pengalaman yang luar biasa.

Momen break time part kesekian

Kekesalan terpancar jelas di wajah masing-masing anggota Travedisi, berharap saja kalau bisa mendaki lebih cepat, mungkin saja kami mendapatkan spot enak tersebut dengan melihat sekeliling alam borneo dari ketinggian.

Namun secercah harapan bahagia, mengetuk hati kami ketika fajar masih malu-malu untuk bersinar. Kami pun berbondong-bondong menuju kaki Air terjun, lalu menghadap membelakangi pemandangan air terjun.

Raga yang sudah lelah ini, tiba-tiba saja mendapatkan energi tambahan melihat gumpalan Awan yang berada lebih rendah dari kami.

Kami pun tergelak bahagia, dan berteriak sekuat tenaga meluapkan emosi, sembari mengucapkan syukur dengan begitu khidmat, tak ayal kami seperti anak-anak alay diluar sana, namun kami tak perduli akan semua itu.

Pengambilan spot masih membelakangi air terjun

Kami tak memandang muda, tak memandang siapa yang tua, saat itu kami hanya bisa terharu bahagia dengan suara parau sisa sapaan kencang terhadap Alam, berharap sapaan tersebut membuat alam kembali mempercayai Manusia sebagai teman hidup bumi ini.

****

Setelah puas memanjakan mata terhadap pemandangan tersebut, kami pun memandikan diri dibawah jatuhan air terjun terinting, dengan mengikuti sedikit petuah dari dua guide yang memandu kami.

Teriakan kalimat "bubu' be", maka debit jatuhan air terjun tersebut secara ajaib semakin kuat derasnya, hingga momen tersebut membuat kami saling pandang pertanda puas dan bahagia.

Ini siapa ?

Terbayar sudah perjuangan kami menelesuri hutan bukit Terinting ini. Karena untuk menelusuri semua ini seperti tak masuk akal untuk dilakukan, seperti yang dilihat bahwa memang tak ada jalan yg layak untuk dilewati, yang ada hanya step by step batu, yang mungkin suatu saat dapat terguling dengan mudah karena faktor kondisi alam.

Akhir kisah, kami tak menyesal akan apa yang kami dapatkan selama mengarungi alam air terjun terinting, karena sungguh begitu banyak pengalaman hidup berharga yang kami dapatkan disini.

Saksikan video dibawah ini untuk menambah informasi secara visual langsung.

Ketika pulang, raut wajah haru biru menghiasi hingga tubuh lelah ini terlelap di kamar tercinta.

Awan menari indah menyambut kedatangan pagi

Singkat cerita.

Hanya sebagai saran bagi kalian yang ingin mengunjungi Air terjun terinting, diharapkan untuk berangkat pada saat musim kemarau, agar akses jalan lebih mudah untuk dilalui.

Demikian tulisan ini yang membagikan tentang pengalaman menjelajah hutan borneo, kurang dan lebihnya dalam tulisan ini, kiranya mohon di maafkan.

Untuk mengetahui informasi menuju Air Terjun Terinting, baca juga Selayang Pandang Informasi Penelusuran Menuju Air Terjun Terinting

Sampai jumpa di tulisan sampahku berikutnya, ditunggu komentarnya. Sekian Terima Kasih.